🐿️ Cerita Pendek: Toti vs Vacuum Cleaner
Hari Minggu.
Hari tenang. Hari santai. Hari ngumpet di bawah sofa sambil merapikan koleksi sendok plastik dan karet gelang bekas.
Atau… seharusnya begitu.
Karena sejak pagi, aku sudah mencium tanda-tanda bencana:
- Aroma pembersih lantai
- Musik dangdut dari speaker Bu Erna
- Dan suara horor: “Ndang diresiki omahe! Hari ini kita bersih-bersih besar!”
Tiba-tiba, bumi bergetar.
Eh, maksudku lantai rumah.
Suaranya mendekat… “WOOOOOOOSHHHHH!”
Itu dia.
Musuh bebuyutanku: vacuum cleaner.
Makhluk berkepala besar dengan belalai yang mengisap segala harapan hidupku.
🌀 Operasi Penyelamatan Barang Random
Aku panik. Kusambar earphone, remote bekas, koin receh, dan batu akik favoritku. Semuanya kukumpulkan dalam satu kantong plastik minuman boba bekas (ya, aku koleksi itu juga).
Tapi belalai maut makin dekat.
Suara mesin mengaum seperti naga lapar. Karpet sudah dilahap, bagian bawah meja ikut terisap. Kini tinggal satu: sofa.
“BUUUMMM!”
Vacuum menabrak kaki sofa. Aku refleks lari ke pojokan markas.
“WOOOOOOSHHHH!!”
Satu sendok plastik tersedot! Aku teriak, tapi hanya terdengar “cekcekcek” lirih dari balik debu.
⚔️ Pertempuran Epik
Saat situasi makin genting, aku nekat. Kubenturkan tubuhku ke kabel power vacuum.
“PLUK.”
Suaranya pelan. Tapi…
“klik.”
Vacuum padam.
Hening.
Aku masih hidup.
🏆 Kemenangan yang Pahit Manis
Bu Erna mencabut kabel dan mulai mengepel manual. Aku selamat. Markas rusak sedikit, tapi mayoritas koleksi tetap utuh.
Malam harinya, aku duduk sambil menatap langit-langit, merenung. Hidup ini memang penuh perjuangan. Tapi selama kita punya semangat, kaus kaki sebelah, dan semangat menyelamatkan barang tak berguna, kita bisa bertahan.
🐾 Catatan Toti
Besok aku akan memperkuat markas. Mungkin tambahkan sistem pertahanan dari tusuk gigi dan karet rambut bekas.
Vacuum boleh datang lagi.
Tapi aku, Toti si tupai kota, siap bertempur.