Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang serba cepat dan ramai, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki dari Indonesia yang viral… tanpa heboh. Tanpa kata-kata. Tanpa drama. Hanya dengan gerakan tubuh yang tenang, lembut, bahkan cenderung melambat—ia menyihir dunia. Namanya Rayyan Arkan Dikha, bocah 11 tahun dari sebuah desa di Sulawesi Selatan. Dan aksinya disebut oleh netizen dunia sebagai: “Aura Farming.”
Apa Itu Aura Farming?
Bukan, ini bukan tentang bertani aura pakai cangkul spiritual. Istilah ini sebenarnya lahir dari netizen global yang bingung, takjub, sekaligus tersentuh dengan energi yang dipancarkan Rayyan saat ia menari di atas perahu tradisional, diiringi lagu berbahasa Bugis yang syahdu.
“Aura Farming” kemudian diartikan bebas sebagai aktivitas menebar energi positif, ketulusan, dan ketenangan—tanpa perlu berbicara banyak. Seolah-olah Rayyan sedang “menanam aura baik” ke siapa pun yang menontonnya. Dan ya, berjuta orang telah terjangkit damainya.
Viral yang Tak Biasa
Biasanya, konten viral muncul dari sesuatu yang gaduh. Prank, debat, pamer, atau hal-hal yang memancing emosi. Tapi Rayyan justru naik daun karena… diam. Tenang. Tulus. Bahkan ekspresi wajahnya pun cenderung datar. Tapi justru dari sanalah letak magisnya.
Tariannya bukan tari kontemporer. Bukan juga koreografi profesional. Tapi gerakannya seolah keluar dari jiwa yang bersih. Di tengah latar belakang pegunungan, kabut, dan danau, Rayyan menjadi simbol alami dari “slow content” yang jarang kita lihat di era scroll cepat ini.
Mengapa Dunia Terpikat?
Ada beberapa alasan kenapa banyak orang—dari Korea Selatan sampai Brazil—ikut terbius video Rayyan:
- Ketenangan sebagai Kebutuhan Baru
Dunia sedang lelah. Burnout digital, stres ekonomi, dan perang informasi membuat orang butuh jeda. Rayyan hadir sebagai oase. - Representasi Budaya Lokal yang Autentik
Musik Bugis, pakaian sederhana, hingga latar alam desa menjadi kekuatan visual. Tanpa niat “branding,” justru terasa lebih tulus dan mengena. - Konten yang Tidak Menggurui
Tidak ada ajakan. Tidak ada nasihat. Hanya hadir, dan membiarkan penonton mengambil makna sendiri. Seringkali, itu jauh lebih menyentuh.
Pelajaran dari Seorang Anak
Rayyan mungkin tidak sadar kalau aksinya sedang diam-diam menyentil dunia dewasa. Tentang betapa kuatnya kehadiran yang tidak bising. Tentang nilai dari menjadi genuine, bukan sensational. Tentang kekuatan tenang dalam dunia yang sedang ramai berlomba jadi yang paling terdengar.
Mungkin inilah esensi “aura farming”: menebar energi baik lewat keberadaan kita—bukan sekadar kata-kata kita.
Kita Bisa Jadi “Petani Aura” Juga
Kamu tidak harus viral dulu untuk mulai menebar aura baik. Mulai dari hal kecil: mendengarkan dengan sepenuh hati, tidak memotong pembicaraan orang, membantu tanpa diminta, atau bahkan… hadir untuk diri sendiri dengan utuh.
Kadang, diam dan hadir adalah dua bentuk cinta paling sunyi, tapi paling nyata.
Dan Rayyan, anak desa yang menari di atas perahu itu, telah mengajarkan kita semua—tanpa banyak bicara.