Di tengah dunia yang semakin bising—baik oleh notifikasi digital, kesibukan kerja, maupun hiruk pikuk media sosial—muncul satu tren perjalanan yang pelan-pelan menarik hati banyak orang: Quiet Travel.
Tak lagi mengejar itinerary padat atau destinasi viral, para pelancong masa kini justru mencari pengalaman yang tenang, bermakna, dan dekat dengan alam. Quiet travel bukan hanya soal tempat yang sepi, tapi juga tentang cara baru menikmati hidup: lebih perlahan, lebih sadar, lebih hadir.
🌿 Apa Itu Quiet Travel?
Quiet travel adalah konsep perjalanan yang menekankan pada:
- Ketahanan terhadap “overstimulation” (kebisingan visual, sosial, atau teknologi),
- Konektivitas yang rendah (bahkan tanpa sinyal),
- Interaksi yang tulus dengan alam dan komunitas lokal,
- Aktivitas yang memperlambat ritme hidup, seperti jalan kaki, membaca, yoga di alam terbuka, atau sekadar duduk diam menikmati suasana.
Singkatnya, quiet travel adalah “digital detox in motion.” Sebuah pelarian dari kehidupan yang terlalu cepat.
📈 Mengapa Tren Ini Melejit di 2025?
Beberapa alasan mengapa quiet travel menjadi pilihan favorit banyak orang di tahun ini:
1. Kejenuhan Pasca Pandemi & Era Digital
Pandemi mengajarkan kita arti ketenangan. Namun pasca-pandemi, dunia digital kembali menyerbu tanpa ampun. Banyak orang mengalami digital burnout—dan quiet travel hadir sebagai penawarnya.
2. Kebutuhan Mental Health yang Meningkat
Travel bukan lagi sekadar rekreasi, tetapi terapi. Dalam survei terbaru, 68% wisatawan global mengatakan mereka mencari ketenangan dan refleksi diri dalam perjalanan, bukan sekadar hiburan.
3. Kepedulian Terhadap Lingkungan
Quiet travel seringkali selaras dengan prinsip slow travel dan eco-tourism, karena mendukung destinasi kecil, minim jejak karbon, dan mengurangi konsumsi berlebihan.
4. Fenomena “Revenge Travel” Mulai Reda
Setelah ledakan “balas dendam traveling” tahun 2022–2024, kini orang tak lagi ingin pergi sebanyak-banyaknya, tapi sebaik-baiknya.
🏕️ Contoh Destinasi Quiet Travel di Indonesia
Beberapa tempat yang cocok untuk pelancong sunyi:
- Pulau Weh, Aceh – snorkeling tenang tanpa kerumunan.
- Desa Munduk, Bali Utara – udara pegunungan, tanpa hiruk-pikuk Kuta.
- Tangkahan, Sumatera Utara – wisata gajah dengan konsep konservasi.
- Kepulauan Kei, Maluku Tenggara – pasir putih sehalus tepung dan pantai tanpa suara musik keras.
💡 Tips Melakukan Quiet Travel
- Matikan notifikasi selama liburan, bahkan kalau bisa, tinggalkan media sosial sejenak.
- Pilih penginapan kecil seperti homestay atau eco-lodge, bukan hotel besar yang ramai.
- Bawa buku, jurnal, atau alat gambar, bukan laptop.
- Fokus pada pengalaman personal alih-alih konten untuk dibagikan.
- Hormati keheningan lokal, jangan jadi sumber kebisingan baru.
✨ Quiet Travel = Investasi Diri
Dalam dunia yang terlalu keras berlari, quiet travel adalah jeda yang memberi ruang bagi kita untuk bernapas, mendengar suara hati, dan kembali pada esensi hidup.
Jadi, sebelum merencanakan liburan berikutnya, tanyakan pada dirimu sendiri: “Apa yang sebenarnya aku cari? Destinasi… atau ketenangan?“
Tertarik mencoba quiet travel tahun ini?
Bagikan di kolom komentar pengalaman atau destinasi tenang favoritmu. Siapa tahu, bisa jadi inspirasi untuk pelancong sunyi lainnya 🌿